GerbangSorsel.com – Kampanye itu idealnya adalah ajang adu gagasan, ide, dan program kerja yang benar-benar menyentuh persoalan masyarakat. Kampanye bukanlah tempat para kandidat yang ikut berkontestasi politik untuk adu gas-gasan dengan aneka janji politik yang tak realistik. Kampanye politik juga bukan ajang perang pencitraan dan gimik politik yang hanya menghibur namun tak esensi menyelesaikan persoalan masyarakat. Adu gagasan adalah konsep kampanye yang mestinya dikedepankan.
Sesuai tahapan dan jadwal pelaksanaan pemilu 2024, tahap kampanye politik telah dimulai sejak 28 November kemarin dan akan berakhir pada 10 Februari 2024. Dalam setiap pelaksanaan pemilu, masa kampanye merupakan ajang pengenalan sang kandidat kepada calon pemilih. Ajang sosialisasi visi, misi, dan program kerja. Kampanye merupakan tahapan calon pemilih mengenal, mengetahui, dan meyakini pada sosok pemimpin yang bakal dipilihnya.
Kampanye pemilu merupakan tahapan pemilu yang sangat krusial dan penting. Pada tahap inilah sang kandidat diadu, diuji rencana dan aneka program yang diusungnya. Kampanye adalah ajang untuk “menguliti” siapa dan bagaimana sejatinya sang kandidat. Untuk itu, idealnya sang kandidat harus menampilkan dirinya secara jujur dan terbuka, bukan buruk muka lantas cermin dibelah. Siapa sejatinya sang kandidat dan apa saja ide dan gagasan yang diusung harus bisa diuji dan dibuktikan kelak.
Istilah kampanye politik gas-gasan dapat merujuk pada situasi di mana peserta kampanye lebih fokus pada serangan atau fitnah terhadap lawan politik mereka ketimbang pada presentasi argumen atau gagasan yang konstruktif. Kampanye gas-gasan tak jarang diwarnai oleh retorika negatif, saling menyerang, atau menciptakan citra negatif tentang lawan politik tanpa memberikan kontribusi yang substansial terhadap diskusi gagasan, visi, dan misinya.
Dalam kampanye politik gas-gasan, peserta kampanye mungkin lebih memilih untuk menyerang karakter seseorang ketimbang membahas isu-isu utama atau mencari solusi konkret untuk masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. Strategi ini dapat menciptakan atmosfer politik yang tak kondusif, toksik, dan dapat memicu polarisasi di masyarakat. Kampanye gas-gasan ini bisa menjadi pengalihan perhatian dari isu-isu substansial ke sekadar perang kata-kata.
Politik Gagasan
Gagasan atau ide dalam politik adalah seperangkat keyakinan, nilai-nilai, dan pandangan tentang bagaimana pemerintah dan masyarakat seharusnya memainkan perannya. Politik gagasan melibatkan perdebatan tentang ide-ide dan upaya untuk memperjuangkan atau menerapkan dalam kebijakan dan tindakan politik. Politik gagasan berangkat dengan gagasan ideal yang mampu diwujudkan dan bukan gagasan yang tak realistis dan sulit dibuktikan.
Politik gagasan atau politik ide merujuk pada aspek politik yang terkait dengan pertukaran, perdebatan, dan implementasi ideologi atau gagasan politik. Ini mencakup pemahaman, penyampaian, dan penerimaan ide-ide politik yang dapat membentuk pandangan masyarakat, kebijakan publik, hingga arah suatu negara.
Kampanye politik dengan pendekatan adu gagasan merupakan cara untuk memenangkan dukungan publik melalui persuasi ideologis dan presentasi gagasan yang kuat. Sang kandidat dapat menyampaikan kebijakan dan solusi konkret yang sesuai dengan ideologinya. Bagaimana ideologi tersebut diterjemahkan menjadi kebijakan nyata yang dapat meningkatkan kehidupan masyarakat menjadi hal penting yang perlu disampaikan.
Dalam mewujudkan politik gagasan ini perlu komunikasi yang jelas dan memikat. Penggunaan bahasa yang jelas, sederhana, dan memikat sangat penting agar ide dan gagasan bisa diterima dan dipahami dengan baik. Pemanfaatan aneka platform media sosial untuk menyebarkan gagasan menjadi cara yang tepat. Melalui video, podcast, dan infografis dapat menjadi alat yang efektif untuk menjelaskan ideologi dan kebijakan dengan cara yang menarik.
Hal yang tak kalah penting adalah memberi ruang dialog dengan aktif mendengarkan dan berkomunikasi dengan para calon pemilih. Membuka ruang diskusi ini penting untuk menyuarakan, menampung, dan menanggapi pendapat secara positif. Hal ini dapat membantu membangun hubungan yang kuat dan meningkatkan keterlibatan pemilih. Model kampanye door to door, seperti yang sekarang dilakukan sejumlah kandidat, sangat tepat digunakan untuk mendengar aspirasi masyarakat.
Bukan Gimik
Kampanye politik idealnya bukan ajang tebar pesona dan gimik politik belaka. Gimik politik merupakan tindakan atau strategi yang dilakukan oleh sang kandidat politik untuk menarik perhatian massa. Gimik ini biasanya dilakukan dengan tujuan memperoleh keuntungan politik. Gimik politik sering kali bersifat spektakuler atau dramatis, yang bertujuan untuk menciptakan citra positif, menarik perhatian media, atau mengalihkan perhatian dari isu-isu yang esensial.
Penggunaan gimik politik biasanya sebagai upaya manipulatif untuk menarik perhatian tanpa memberikan substansi yang nyata atau solusi konkret terhadap isu-isu yang dihadapi masyarakat. Sebenarnya gimik politik yang terlalu mencolok atau palsu juga dapat merugikan citra seorang politisi karena bisa dianggap tidak serius dalam menangani isu-isu serius yang terjadi di masyarakat.
Kampanye dengan tebar gimik politik yang bersifat kontroversial atau mencolok dapat meningkatkan polarisasi politik. Strategi kampanye semacam ini cenderung membagi masyarakat menjadi kubu-kubu yang berseberangan, mengorbankan kesatuan dan kerjasama yang diperlukan untuk mencapai solusi yang efektif. Permainan gimik politik sering menyebabkan pemilih lebih memperhatikan gaya atau citra daripada pandangan dan kebijakan yang sebenarnya.
Dalam kampanye politik mestinya semua kandidat yang ikut berkontestasi politik menjaga integritas proses politik dan membangun kepercayaan publik. Untuk itu sang politisi sebaiknya berfokus pada komunikasi yang jujur, transparan, dan berbasis substansi, serta memberikan perhatian yang serius pada isu-isu penting yang dihadapi oleh masyarakat. Kampanye model gas-gasan perlu dihindari karena hanya akan membuat masyarakat tak simpati.
Kampanye politik idealnya lebih berfokus pada penyampaian visi, misi, ideologi, dan kebijakan, serta memberikan calon pemilih informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan yang baik. Yang lebih penting diutamakan adalah adu gagasan, bukan saling serang secara pribadi karena hanya akan bikin gaduh dan merugikan proses demokratis serta merendahkan kualitas komunikasi politik.
Masa kampanye politik idealnya diisi dengan kampanye yang baik dan mencerminkan komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi, integritas, dan kepentingan masyarakat. Melalui adu gagasan maka kampanye politik dapat menjadi sarana untuk memperkuat demokrasi, mendorong diskusi yang bermakna, dan menciptakan perubahan positif untuk kepentingan bersama.(Sugeng Winamo, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhamadiyah Malang)